Saturday, June 2, 2007

Marissa dan Kepedulian pada Pelaksanaan Ibadah Haji, 2005.

Mengungkap 8 Masalah Pelaksanaan Ibadah Haji 2005

MINGGU ini Marissa Haque sedang berada di Cebu, Filipina. "Saya dipilih PBB/UNFPA untuk mewakili Republik Indonesia membahas masalah Perempuan, Lingkungan Hidup dan Kemiskinan," demikian kata anggota DPR-RI yang terbang ke Manila bersama sekretaris pribadinya, Menik, pekan lalu.
Sebelum keberangkatannya ke luar negeri, Icha, demikian nama kecil isteri rocker Ikang Fawzi ini, menyempatkan mengirim VCD dokumenter karyanya kepada redaksi Disctarra.Com.
VCD berdurasi 30 menit itu adalah karya Icha yang merangkap berbagai jabatan sekaligus dari Produser, Sutradara, Penulis Skrip, Kamerawati, dan lain-lainnya lagi. Dengan sendirinya kamera digital handheld atau dipegang dengan tangan belaka. Bahkan sebagian dialog dengan narasumber cukup direkam lewat handphone saja.
Diberi tajuk puitis, Purnama Putih atau Peninjauan Pelaksanaan Ibadah Haji 2005 (Lintas Komisi DPR-RI 2005-2009). Difokuskan pada lima titik terpenting yakni di lima lokasi; Jeddah, Makkah, Madinah, Mina, dan Arafah.
Diawali pertanyaan, "Apakah semuanya putih?", digelar delapan permasalahan yang merundung pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Masing-masing adalah:01. Masalah Transportasi02. Masalah Pemondokan03. Masalah Lokasi Wukuf di Arafah04. Masalah Kekurangan Toilet05. Masalah Kehilangan Dinding Tenda06. Masalah Katering07. Masalah Kekurangan Jumlah Tenaga Medis08. Masalah Kekurangan Obat-obatan.
Setiap masalah ditampilkan tokoh-tokoh yang berkaitan langsung, tentunya para jamaah haji itu sendiri. Sedangkan untuk masalah transportasi misalnya, diwawancarai GM Garuda Indonesia di Bandara King Abdul Aziz yang mengungkapkan penyebab kekurangan pelayanan pesawat.
Sebagai imbangan dalam masalah maktab alias pemondokan direkam pula pernyataan para pemiliknya. Sekilas sempat direkam Tsunami kecil sdi Makkah, ketika terjadi banjir bandang yang sempat menghanyutkan.
Dibanding dengan jamaah haji dari Malaysia atau India yang hanya membayar 2500 dollar Amerika, jelas Indonesia lebih mahal, Rp 26 juta. Padahal kualitas servisnya sungguh masih jauh di bawah jamaah dari negeri jiran itu. Contohnya, untuk 2700 orang hanya disediakan beberapa MCK. Karuan mesti berjubelan. Begitu pula untuk makan malam yang baru beredar menjelang tengah malam, pada pukul 23.00, belum lagi nasinya terlalu sedikit, hangus lagi. Saking kelaparan terpaksa dilahap juga.
"Untuk lauknya hanya diberi sayap ayam," keluh seorang jamaah wanita.
Yang lainnya menimpali, "Selama delapan hari di Madinnah selalu diberi ikan tongkol, sampai bosan!"
Seorang dokter mengakui, "Untuk jumlah 200.000 jamaah dari Indonesia idealnya minimal harus ada 100 orang tenaga medis," jelas yang ada sekarang masih jauh dari ideal.
Tak terhindar kecaman dari jamaah yang cukup keras seperti, "Kami dikarantina seperti binatang saja," atau "Adanya pungutan-pungutan untuk transportasi lagi," serta istilah 'uang tabokan'. Seorang mahasiswa Indonesia dari Kairo menandaskan, "Banyak permainan dan kong-kali-kong!" Seperti terbukti sekarang dengan terbongkarnya borok-borok dalam Departemen Agama, khususnya dalam pelaksanaan ibadah haji yang menjadi sapi perahan para koruptor. Sudah selayaknya para koruptor itu akan menerima azab, bukan cuma di neraka kelak, tapi sekarang pun harta kekayaannya mesti disita dan pelakunya dijebloskan ke dalam penjara!
Tak urung tersirat harapan-harapan untuk pelaksanaan ibadah haji di masa mendatang bisa lebih baik lagi dari yang sudah-sudah, khususnya di bidang manajemen dan sistem.
Sumber: disctarra.

No comments: